Perjalanan pulang kampung atau mudik tidak hanya cerita tentang waktu tempuh. Lebih dari itu, perjalanan mudik adalah sebuah cerita tentang perjuangan, kebersamaan, kenyamanan, serta kerinduan mendalam akan kampung halaman.
Jauh dari tempat perantauan, kampung halaman seolah dekat di hati para pemudik. Mereka rela untuk menempuh waktu berjam-jam dengan moda transportasi yang mereka kehendaki untuk menuju kampung halaman.
Cerita perjalanan mudik seperti ini salah satunya diungkapkan seorang pemudik asal Jakarta Selatan, Tedi Afrizal. Ia rela menempuh perjalanan puluhan kilometer dengan roda dua menelusuri jalan arteri demi pulang ke kampung halamannya di Solo.
“Kondisi lalu lintas dari Jakarta Selatan kalau tadi pagi agak longgar,” kata Tedi Afrizal saat ditemui di Cianjur, Jawa Barat, Sabtu (28/3/2025) malam.
Sepanjang menempuh perjalanan, motor Tedi sempat mogok di Indramayu. Meski sempat menemui kendala, ia segera dibantu oleh petugas kepolisian yang siap siaga di setiap pertigaan maupun perempatan jalan arteri.
“Perempatan, pertigaan, pasti ada polisi lalu lintas,” kata Tedi.
Rasa lelah karena mengendarai kendaraan roda dua disebut Tedi terbayar lunas oleh kenyamanan layanan yang disediakan petugas polisi. Saat berhenti di Cianjur, Tedi menemui pos mudik yang dikhususkan bagi pemudik yang hendak beristirahat.
Tedi mengaku bahwa layanan dari para petugas kepolisian membuat perjalanan mudiknya tahun ini berkesan. Keamanan dan kenyamanan sangat ia rasakan sepanjang menempuh perjalanan.
Cerita mudik yang berkesan juga disampaikan oleh seorang pemudik asal Jakarta bernama Desi. Desi menempuh perjalanan mudik dari Jakarta menuju Wonogiri.
Desi zbercerita bahwa mudik kali ini terasa berkesan karena arus lalu lintas cukup lengang.
“Mudik kita pada tahun ini lebih tertib dengan situasi lalu lintas kondusif,” kata Desi.