Polres Boyolali – Bertempat di Gedung Sebaguna, Dk. Rejosari Rt 01/ 01 Ds. Bendosari Kec. Sawit Kab. Boyolali telah berlangsung kegiatan Pendidikan Bela Negara yang diikuti oleh Perangkat Kecamatan se-Kab. Boyolali dalam rangka HUT IARMI (Ikatan Alumni Resimen Mahasiswa Indonesia) Prov. Jateng ke-XXXVIII. Sabtu siang (27/10/2018).
Kegiatan Bela Negara ini dihadiri oleh Ketua DPP IARMI Prov. Jateng Drs. Chrisno Haribowo, Dr. Wahyu Widodo, SH, M.Hum (Universitas PGRI Semarang) , Forkopimcam Sawit, Camat se-Kab. Boyolali dan Perwakilan perangkat desa tiap Kecamatan se-Kab. Boyolali serta diikuti oleh 150 orang Takmir Masjid.
Sebagai pemateri Bela Negara oleh Dr. Wahyu Widodo, SH, M.Hum (PGRI) yang menyampaikan beberapa hal antara lain ;
– Paham radikalisme telah menjadi isuyang mengemu- ka karena eksistensinya yang mengancam siapapun tanpa pandang bulu, termasuk mengancam kalangan muda.
– Berbagai aksi radikalisme terhadap generasi muda kembali menjadi perhatian serius oleh banyak kalangan di tanah air.
– Saat ini kemerdekaan cenderung dikaitkan dengan kemerdekaan politik, oleh sebab itu kemerdekaan sering dipandang sebagai imbalan untuk perjuangan politik yang diukur berdasarkan kemampuan seseorang untuk merebut hak individunya.
– Konstitusi dan hukum-hukum demokrasi memungkinkan kemerdekaan warga negara dan melindungi mereka dari tekanan, tetapi jangkauannya tidak cukup jauh untuk menjamin kemerdekaan lebih komprehensif, menjadi tuan bagi diri sendiri.
– Maraknya pembicaraan mengenai sebuah gerakan untuk mendirikan suatu negara dengan berideologi agama (Islam), menyadarkan kita untuk mempertanyakan dimanakah Pancasila kini berada? Pancasila yang oleh para leluhur kita dipilih dengan penuh kesadaran sebagai dasar negara kita.
– Gerakan seperti itu biasa disebut suatu gerakan radikal, sebuah gerakan yang dibuat oleh sekelompok orang yang menginginkan perubahan secara drastis, biasanya disertai kekerasan.
– Radikalisme bermula dari fanatisme sempit yang dipaksakan kepada khalayak dan menggunakan kekerasan, karena mendasarkan pada fanatisme sempit, para penganutnya menganggap kelompoknyalah yang paling benar dan yang lain salah, yang salah harus dipaksa mengikutinya agar menjadi benar, kalau tidak mau dibinasakan.
– Di Indonesia, radikalisme bermula 1950-an dengan munculnya Dalrul Islam/ Tentara Islam Indonesia.
– Munculnya gerakan radikal penyebabnya tak lain karena adanya tekanan, di masa masa orde baru gerakan mereka terkesan sembunyi-sembunyi dan terbatas wilayahnya.
– Dengan bergulirnya reformasi sepertinya mereka merasa punya peluang, sehingga gerakannya lebih berani dan lebih nyata atau terang-terangan.
– Melalui lembaga pendidikan, mereka memanfaatkan kaum “intelektual muda”, mahasiswa.
– Radikalisme sebagai paham dapat dicegah melalui pendidikan disekolah, sebab dalam pendidikan mengandung : upaya pengembangan kemampuan pribadi dan prilaku, proses sosial untuk yang ditujukan bagi pe…